SOLO, Memoindonesia.co.id – Setelah wafatnya Paku Buwono (PB) XIII, putra tertuanya, KGPH Mangkubumi, resmi dinobatkan sebagai penggantinya dan kini bergelar Paku Buwono (PB) XIV, Jumat 14 November 2025.
Penobatan KGPH Mangkubumi dilakukan oleh Lembaga Dewan Adat (LDA) Solo. Ketua LDA, GARy Koes Murtiyah Wandansari atau Gusti Moeng, menjelaskan keputusan ini telah disetujui oleh keluarga besar keraton.
“Kami berpegang pada yang jenenge hak. Gusti Bei (Mangkubumi) yang sekarang Paku Buwono XIV tidak meminta untuk dilahirkan lebih tua daripada Purboyo, itu kehendak Allah dan dijadikan acuan. Jika tidak punya permaisuri, anak laki-laki tertua yang menjadi pengganti,” ujar Gusti Moeng.
KGPH Mangkubumi kini dikenal sebagai KGPH Hangabehi. Penamaan ini dilakukan pada 2022 berdasarkan kesepakatan abdi dalem dan sentono, mengikuti tradisi nama yang pernah digunakan PB IX.
PB XIV lahir dengan nama asli Gusti Raden Mas (GRM) Soerjo Soeharto pada Selasa, 5 Februari 1985, dari pernikahan kedua PB XIII dengan KRAy Winarti. Ia dikenal sebagai sosok rendah hati, aktif dalam konservasi, dan revitalisasi museum Keraton Solo yang melibatkan Kementerian Kebudayaan.
Selain itu, KGPH Hangabehi menjalankan sholat Jumat di Masjid Agung Solo, sebagai bagian dari tradisi penerus raja. Tradisi ini menandai tanggung jawab spiritual seorang pengganti raja di Keraton Solo.
PB XIII menikah tiga kali. Dari pernikahan pertama dengan Nuk Kusumaningdyah atau KRAy Endang Kusumaningdyah, lahir tiga putri: GRAy Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, GRAy Devi Lelyana Dewi, dan GRAy Dewi Ratih Widyasari.
Pernikahan kedua dengan Winari Sri Haryani atau KRAy Winari melahirkan tiga anak, termasuk KGPH Mangkubumi, GRAy Sugih Oceania, dan GRAy Putri Purnaningrum. Dari pernikahan ketiga dengan Asih Winarni atau GKR Pakubuwono Pradapaningsi lahir seorang putra bernama KGPAA Hamangkunegoro.
Sejak dinobatkan sebagai PB XIV, KGPH Mangkubumi fokus pada revitalisasi museum Keraton Solo, pelestarian budaya, dan tradisi keraton. Ia juga diharapkan menjaga kelangsungan adat istiadat dan peran simbolis raja di Surakarta. HUM/GIT

