SURABAYA, Memoindonesia.co.id – Kasus HIV/AIDS di Kota Surabaya mengalami peningkatan, dan mirisnya, penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak dan remaja.
Ketua Komisi D DPRD Surabaya, dr. Akmarawita Kadir, mengungkapkan bahwa dari Januari hingga September 2024, terdapat lima anak berusia 0-14 tahun yang terinfeksi HIV, dengan penularan terjadi melalui ibu mereka yang juga terinfeksi.
Akmarawita menekankan pentingnya pencegahan, terutama bagi ibu hamil yang terinfeksi HIV, serta memastikan ketersediaan obat gratis untuk penderita.
Menurutnya, upaya Dinas Kesehatan Surabaya sudah berjalan dengan baik melalui puskesmas yang menyediakan obat-obatan gratis bagi penderita HIV. Namun, ia mendorong adanya penguatan lebih lanjut, terutama dalam melibatkan lintas sektor dan masyarakat luas untuk meningkatkan kesadaran melalui kampanye dan edukasi.
“Pencegahan HIV harus diperkuat, terutama bagi anak-anak. Pastikan mereka mendapatkan akses mudah terhadap pengobatan,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya pendidikan seks yang komprehensif sejak dini, serta penguatan nilai-nilai agama dan dukungan keluarga untuk mencegah perilaku berisiko di kalangan remaja.
Berdasarkan data Pemerintah Kota Surabaya hingga Juni 2024, tercatat 627 kasus HIV/AIDS, dengan 2 kasus pada anak berusia 5-14 tahun, 29 kasus pada remaja usia 15-19 tahun, dan 126 kasus pada usia 20-24 tahun.
Hanif Kurniawati, Direktur Program Yayasan Orbit Surabaya, menyatakan bahwa fokus utama saat ini adalah menekan angka penularan HIV/AIDS pada anak melalui sosialisasi dan penjangkauan terhadap kelompok berisiko tinggi.
“Kami ingin mencegah penularan lebih lanjut, terutama pada anak dan remaja melalui perilaku seksual berisiko,” tegasnya.
Program sosialisasi yang masif terus dilakukan, terutama di kalangan anak muda dan kelompok berisiko seperti pekerja seks komersial (PSK) dan lelaki seks lelaki (LSL), untuk menemukan kasus baru dan memberikan layanan kesehatan yang tepat. HUM/GIT