JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Ratusan siswa di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengalami dugaan keracunan massal setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Sebanyak 140 siswa SMP Negeri 8 KupangΛ dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, dan pusing usai mengonsumsi hidangan tersebut pada Senin 21 Juli 2025.
Insiden ini sontak menjadi perhatian serius, terutama bagi Badan Gizi Nasional (BGN) yang kini tengah menanti hasil pemeriksaan sampel makanan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Kami sedang menunggu hasil kajian BPOM yang mengambil sampel makanan Senin,” terang Kepala BGN, Dadan Hindayana, saat dihubungi pada Kamis 24 Juli 2025.
Menurut Dadan, siswa-siswa tersebut menerima program MBG pada Senin, dan gejala baru mulai dirasakan keesokan paginya.
“Makannya Senin, Selasa pagi diketahui ada yang sakit dan makanan (MBG) Selasa belum dimakan,” jelasnya.
Ini mengindikasikan bahwa masalah kemungkinan berasal dari makanan yang dikonsumsi pada hari Senin.
Peristiwa ini pertama kali terungkap pada Selasa 22 Juli 2025 sekitar pukul 07.30 Wita, saat kegiatan belajar mengajar (KBM) dimulai.
Kepala SMPN 8 Kupang, Maria Theresia Lana, menceritakan bahwa beberapa siswa mulai izin ke toilet karena diare dan sakit perut.
Jumlah siswa yang mengeluh terus bertambah hingga memenuhi ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
“Jadi proses KBM sekitar jam 07.30 Wita, sudah ada siswa kami yang bolak-balik ke kamar mandi, ternyata mereka mencret dan ada yang sakit perut,” kata Maria.
Akibat kejadian ini, program MBG untuk hari Selasa dihentikan sementara.
Beberapa siswa mengaku bahwa makanan yang mereka konsumsi pada hari Senin terasa tidak biasa, yaitu asin dan asam, terutama pada tahu dan sayurnya. Pengakuan ini menjadi petunjuk awal bagi pihak berwenang.
Polres Kupang Kota juga telah turun tangan melakukan penyelidikan mendalam atas kasus dugaan keracunan massal ini.
Polisi saat ini fokus mengumpulkan data lengkap siswa yang terdampak, baik yang dirawat di sekolah maupun di rumah sakit.
Koordinasi erat juga dilakukan dengan Dinas Kesehatan dan pihak rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
“Kami masih mendata jumlah siswa yang sakit di sekolah maupun rumah sakit,” ungkap Kasi Humas Polresta Kupang Kota, Ipda Frangky Lapuisaly. HUM/GIT