JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Kasus penipuan investasi kripto berskala internasional yang merugikan korban lebih dari Rp 18 miliar kini ditangani serius oleh Polda Metro Jaya, yang tengah berkoordinasi dengan Interpol untuk menelusuri aset-aset korban, termasuk saham dan aset kripto yang diduga berada di luar negeri.
“Ada sebuah exchanger di luar negeri yang akan kita koordinasikan dengan Interpol untuk proses penyelidikan lebih lanjut,” ujar Dir Siber Polda Metro Jaya Kombespol Roberto GM Pasaribu, Sabtu 3 Mei 2025.
Penyitaan Aset dan Rekening Bank
Dalam penyidikan awal, polisi telah menyita sejumlah barang bukti seperti rekening bank penampung dana hasil scamming, serta kendaraan yang diduga dibeli dari hasil kejahatan.
“Jumlah keuntungan yang diterima para pelaku sedang kami identifikasi melalui rekening bank yang sudah disita. Termasuk kendaraan yang mereka gunakan,” imbuh Roberto.
Tak hanya itu, pihak kepolisian juga masih menelusuri aset dalam bentuk cryptocurrency lainnya yang belum terdeteksi secara penuh.
Modus Penipuan: Janji Untung 150 Persen
Skema penipuan ini menyasar masyarakat melalui media sosial, terutama dengan iming-iming keuntungan besar dari investasi kripto.
“Korban ditawari investasi saham kripto lewat platform seperti Facebook. Para pelaku menjanjikan keuntungan hingga 150 persen dari modal yang ditanam,” jelas Roberto.
Setelah korban menyetor dana atau melakukan top-up, pelaku langsung mengambil alih dan memutus akses korban terhadap dana yang telah dikirimkan.
Perusahaan Cangkang dan WN Malaysia Terlibat
Jaringan penipuan ini melibatkan warga negara Malaysia yang membuat perusahaan cangkang di Indonesia guna memberi kesan legalitas kepada calon investor.
“Perusahaan itu terdaftar resmi di Direktorat Jenderal AHU. Tapi jajaran direksi dan pemilik sahamnya fiktif, hanya digunakan sebagai kedok,” ungkap Roberto.
Perusahaan ini menjadi alat untuk menerima dan menyalurkan dana hasil penipuan dari para korban ke berbagai rekening, termasuk ke luar negeri. HUM/GIT