MALANG, Memoindonesia.co.id – Sebuah kehebohan melanda Kota Malang setelah seorang perempuan bernama Siska mengungkapkan adanya dugaan sekte pengabdi setan. Berita ini tidak hanya mencuri perhatian di media sosial tetapi juga menarik perhatian pihak kepolisian.
Kasatreskrim Polresta Malang Kota, Kompol Danang Yudanto, mengonfirmasi bahwa proses penyelidikan sedang berlangsung dengan menggunakan metode digital forensik. Pihak kepolisian berusaha mengungkap kebenaran dari konten video yang menjadi viral.
“Kami sedang mendalami dan melakukan penyelidikan melalui digital forensik terkait adanya konten video tersebut,” ungkap Danang pada Selasa, 16 Januari 2024.
Penyelidikan fokus pada analisis metadata terkait konten, lokasi pembuatan dan pengunggahan video, serta kebenaran isi dari informasi yang disampaikan. Meskipun demikian, polisi masih enggan menyimpulkan kebenaran terkait dugaan adanya sekte pengabdi setan di Kota Malang.
“Hebohnya sekte ini dimulai dari kesaksian Siska di media sosial yang kini menjadi viral melalui video di YouTube berjudul ‘Viralkan !! Sekte Pemuja Setan Ada di Kota Malang ??’,” terang Danang.
Siska, dalam kesaksiannya, mengungkap bahwa dia mengetahui tentang sekte ini setelah bergabung dengan sebuah yayasan bimbingan belajar pada tahun 2014. Di yayasan tersebut, ia mendapatkan bayaran yang jauh melebihi standar pengajar bimbel di Malang.
“Bayaran dari pengajar bimbel itu berapa sih, Mas? Rp 30 ribu per jam, kayak gitu kan. Tapi di yayasan ini nggak. Selama seminggu aku bisa dapat uang Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu. Iya, banyak,” kata Siska.
Siska kemudian mencoba mencari kejelasan dengan menemui ketua yayasan dan diundang untuk mengikuti sebuah seminar di salah satu hotel terkenal di Kota Malang pada jam 11 malam.
“Saat seminar, saya merasa aneh. Hotel dihias dengan lilin menyala sejak gerbang hingga pintu masuk lobi. Aula seminar tertata rapi dengan dekorasi gelap,” ceritanya.
Siska bersama teman-temannya, A dan T, akhirnya bertemu dengan ketua yayasan. Namun, suasana di ruangan tersebut terasa aneh dan ketua yayasan menunjukkan sikap yang tidak biasa.
“Semua peserta seminar diam tanpa interaksi. Saat pembicara datang dengan topeng hitam, saya mencoba bertanya pada ketua yayasan tapi tidak ada tanggapan,” ujar Siska.
“Pas aku pamit ke ibu ketua yayasan itu, dia hanya manggut tanpa berkata apa-apa. Saya merasa takut, seperti ada sesuatu yang tidak beres. Kami pulang berempat, agak berlari, dan merasa diawasi hingga satu ruangan melihat kami,” tambahnya.
Kejadian ini terus menjadi sorotan dan menimbulkan pertanyaan terkait keberadaan sekte pengabdi setan di Kota Malang. Penyelidikan polisi melalui digital forensik diharapkan dapat memberikan kejelasan mengenai kebenaran dari informasi yang beredar. CAK/RAZ