JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Penyitaan HP Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto oleh penyidik KPK direspons keras oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Bahkan, putri sang Proklamator Soekarno itu meminta bertemu AKBP Rossa Purbo Bekti.
Hubungan meradang antara PDI-P dan KPK hingga sosok Megawati ‘turun gunung’ ini pun menurut IM57+Institute buntut penyidikan kasus Harun yang terasa timbul tenggelam di KPK.
“Polemik ini terjadi sejak pimpinan KPK menempatkan timbul tenggelamnya proses penanganan kasus Harun Masiku sesuai dengan arah angin politik,” kata Ketua IM57+Institute, M Praswad Nugraha, Sabtu 6 Juli 2024 seperti dilansir detikcom.
Mantan penyidik KPK ini mengatakan kasus Harun seperti mati suri di KPK dalam beberapa tahun terakhir. Namun penyidikan kasus tersebut mencuat kembali setelah gelaran Pilpres 2024 rampung.
“Kasus yang mati suri dan terkesan ‘didiamkan’ sejak hampir 5 tahun yang lalu menjadi secara tiba-tiba dilanjutkan ketika adanya perseberangan arah politik antara PDI-P dengan Presiden Jokowi,” katanya.
IM57 mengkritik posisi KPK yang seolah-olah berperan sebagai alat gebuk politik. Praswad menyebut posisi itu menempatkan komitmen KPK dalam menghadirkan penyidikan kasus korupsi yang bebas dari intervensi menjadi sebatas retorika.
“Inilah konsekuensi mengerikan ketika KPK hanya dijadikan alat gebuk politik, maka penegakan hukum yang independen hanya menjadi retorika belaka. Pemberantasan korupsi di Indonesia kembali ke era kegelapan,” ujar Praswad.
IM57 juga meminta Megawati untuk tidak terjebak pada narasi penyelewengan wewenang yang dilakukan AKBP Rossa selaku penyidik KPK di kasus Harun. Praswad meyakini Rossa telah bekerja sesuai dasar hukum yang jelas.
“Saya mengimbau agar Megawati tidak terjebak dalam narasi individual yang membuat seakan ini soal Rossa. Rekan saya Rossa saya jamin bekerja dengan benar dan lurus. Ini soal PDI-P hanya menjadi giliran saja ketika pimpinan KPK menjadikan tarik ulur penanganan kasus dan penegakan hukum sesuai arah politik,” ujarnya.
Praswad mengatakan PDI-P seharusnya mendukung KPK untuk terbebas dari kepentingan politik. IM57 mendesak PDI-P turut membongkar adanya dugaan aktor intelektual yang menjadikan KPK sebagai alat gebuk politik.
“Justru PDI-P sebagai partai politik pemenang pemilu dan partai politik terbesar di Indonesia harus ikut menggebuk segala upaya politik yang menjadikan KPK sebagai proxy war. Lembaga penegak hukum tidak boleh ikut turun di dalam gelanggang politik. Tugas PDI-P untuk mencari aktor intelektual politik di balik ini semua,” kata Praswad.
Megawati Minta Ketemu Penyidik KPK
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri juga buka suara terkait penyitaan ponsel milik Hasto. Dalam pidato di acara Sekolah Partai PDI-P, Megawati juga menyinggung pemeriksaan Hasto Kristiyanto di KPK.
Megawati awalnya mengungkit percakapannya dengan Hasto sebelum sang sekjen partai dipanggil untuk diperiksa. Megawati juga menanyakan siapa yang memeriksa Hasto sebelum menyebut nama AKBP Rossa.
“Saya bilang sama si Hasto, ‘Lo berani dateng nggak, To? Masak kalah sama aku. Aku aja dateng sampai 3 kali, lho, To’, ku bilang. ‘Yo dateng lo, ini, Bu’. Terus sopo sih sing manggilin kamu? Tanyain namanya, gitu kan. Namanya Rossa. Tulis tuh, kamu (wartawan). Ibu bilang yang manggil Pak Hasto namanya Rossa. Nah, kalau lo berani nulis tuh, gua angkat tangan deh sama wartawan. Enak aja emangnya siapa die? Betul nggak? Loh iya, orang dia manusia juga. Gile,” kata Megawati, Jumat 5 juli 2024.
Megawati menyebut koruptor saat ini terkesan didiamkan aparat. Megawati kemudian menyinggung nama Kusnadi, staf Hasto Kristiyanto. Untuk diketahui, penyidik KPK menyita handphone Hasto dari Kusnadi.
Megawati menegaskan dirinya berani dan meminta Rossa menghadapinya. Megawati mengungkit jasa dirinya mendirikan KPK.
“Saya berani kalau umpamanya suruh datang ke sini Rossa, suruh datang ngadepin aku. Loh, lha iya lha, gile, orang yang bikin KPK itu saya lho, kok nggak diaku lho yo. Sopo. Gile. Aku bilang, orang kayak dia aja kok kayak yang pangkatnya opo. Pangkate opo yo?” kata Megawati dijawab ‘AKBP’ oleh beberapa peserta acara.
“Opo iku? kata Megawati memastikan pangkat Rossa dan dijawab ‘letkol’ oleh peserta sebagai persamaan pangkat.
“Letkol? Baru letkol aja, belum jenderal lo. Saya panglima tertinggi lo. Yang misahin polisi ya saya lo, gile. Gimana sih,” imbuh Megawati. HUM/GIT