SURABAYA, Memoindonesia.co.id – Pertempuran 10 November 1945 di Kota Surabaya untuk Mempertahankan Kemerdekaan dan eksistensi Republik Indonesia di Kota Surabaya menyimpan banyak memori perjuangan kerakyatan yang menjadi inspirasi serta semangat generasi muda.
Pada Pertempuran 10 November 1945 menjatuhkan banyak korban baik pejuang , rakyat bahkan tentara inggris . Tidak tanggung – tanggung menurus sejumlah keterangan dan catatan sejarah dua petinggi angkatan perang inggris gugur di Kota Pahlawan.
Salah satunya adalah perwira operasional Inggris, Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby. Ketika itu dirinya memimpin Brigade 49 dari Divisi XXIII untuk mendarat di Tanjung Perak, Surabaya. Pasukan Inggris tersebut ditugaskan untuk memulangkan tentara Jepang dari Indonesia setelah kalah di Perang Dunia ke-2.
Selain itu ialah Brigadir Robert Guy Loder-Symonds. Ia meregang nyawa di hari pertama pertempuran 10 November 1945.
Salah satu kisah Heroik diungkapkan oleh Slamet yang merupakan Cucu dari Kyai Mas Kasanan dikatakan juga terlibat menjadi pendamping Bung Karno saat di Ndalem Pojok Kediri bersama Kek Suro dan Kyai Mas Arif hingga turun tangan pada Pertempuran 10 November 1945.
“Kakek saya Kyai Mas Kasanan merupakan sahabat karib seperguruan dengan Kek Suro dan Kyai Mas Arif mendampingi Bung Karno , Pada pertempuran 10 November 1945 juga turun andil pada saat itu dibawah komando Laskar Penggempur Dalam yang dikomandani Letnan Matosin,” kata Slamet yang juga tinggal di Ngagel Tirto.
Dirinya juga menceritakan bahwa laskar – laskar rakyat yang lain bahu membahu untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia tanpa menghitung untung rugi , diantaranya Laskar Minyak dari Ngagel karena dahulu terkenal dengan wilayah kaya sumur minyak.
“Bahkan ada cerita pada saat pertempuran jembatan Merah diberondong oleh senapan Mitraliur 12,7 tidak tembus “, tuturnya
Ia berharap bahwa Kota Pahlawan dapat terus mengobarkan semangat perjuangan untuk Indonesia Raya. Berbagai macam cerita yang mungkin tidak masuk akal namun bukti nyata tekad dan kekompakan segenap rakyat mampu mengusir penjajah pada masa revolusi mempertahankan Kemerdekaan.
”Setelah itu karena keluarga kami menjadi lebih pengikut setia Bung Karno , pada tahun 1965 seluruh asetnya disita oleh Orde Baru diantaranya Tiga Pabrik Semprong diantaranya di Sidotopo dan Ngagel . Bahkan paman saya Brigjend Salim di asingkan ke pulau Buru tanpa proses pengadilan,“ imbuhnya.
Kader PDI Perjuangan Kota Surabaya Achmad Hidayat menyampaikan dalam menyambut Hari Pahlawan 10 November memberikan penghormatan sepenuhnya kepada segenap Pejuang , Laskar – Laskar beserta Pahlawan tanpa nama yang telah berkorban tanpa mengharap imbalan.
“Tanpa Kesolidan dan Semangat Gotong Royong maka tidak akan terwujud Kemerdekaan, penghargaan bagi para pahlawan yang telah rela berkorban, Kisah Kyai Mas Kasanan Juga menginspirasi kita bahwa niat tulus perjuangan dan semangatnya akan menyala sepanjang zaman,” kata Achmad Hidayat.
Dirinya menceritakan banyak kisah diluar akal dan logika pada umumnya yang pada akhirnya tujuan menjadi bangsa yang merdeka itu tercapai seperti Mbok Dar Mortir yang rela menjual seluruh hartanya untuk membangun dapur umum bagi para pejuang dan laskar – laskar.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan tanpa melihat apa latar belakangnya karena tujuan mereka semua satu yaitu Indonesia Merdeka dan anak cucunya dapat menghirup udara kebebasan”, tegasnya
Ia mengingatkan tidak boleh ada upaya pembelokan sejarah, menutupi kebenaran atau mengkerdilkan pengorbanan para pejuang. Maka dari itu ia juga mendorong dilakukan riset serta penelitian mendalam untuk mengkulik lebih banyak lagi fakta dalam perjalanan bangsa.
“Sehingga kalau ngajinya kita utuh, maka kita juga akan menjadi bangsa yang mengerti tatanan”, imbuh Achmad Hidayat. HUM/BAD

