JAMBI, Memoindonesia.co.id – Nama Misri Puspita Sari (23), wanita asal Jambi, mendadak menjadi sorotan setelah ditetapkan sebagai salah satu dari tiga tersangka dalam kasus kematian Brigadir Nurhadi, anggota Propam Polda NTB.
Penetapan ini mengejutkan keluarga Misri, yang mengenalnya sebagai sosok pekerja keras dan tulang punggung keluarga.
Bibi Misri, Neni, mengungkapkan keterkejutannya saat mengetahui keponakannya terseret dalam kasus ini. Ia tak yakin Misri terlibat dalam pembunuhan tersebut dan merasa Misri selama ini dipojokkan.
Neni menyoroti perlakuan terhadap Misri yang seolah dijadikan pelaku utama, ditangkap dan ditahan lebih dulu, sementara dua tersangka lain yang merupakan anggota polisi, Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan Ipda Haris Chandra, sempat tidak ditahan karena dianggap kooperatif.
“Janganlah sampai dia dipojokkan, sekarang ini kan seolah-olah dipojokkan,” kata Neni saat ditemui di rumah orang tua Misri di Muaro Jambi, Kamis 10 Juli 2025.
Di mata keluarga, Misri dikenal sebagai pribadi yang jujur dan selalu terbuka. Ia tak pernah sungkan berbagi masalah dengan orang tua dan kerabatnya.
“Dia orang jujur, dia sama keluarga apapun yang dia bermasalah pasti dia ceritakan ke kita. Sekarang karena nggak bisa ngomong sama dia, kami nggak bisa komunikasi,” ujar Neni dengan nada prihatin.
Misri memang merupakan sosok yang sangat diandalkan keluarga. Sejak sang ayah meninggal dunia pada tahun 2022, ia memikul tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga. Sebagai putri sulung, ia bahkan membiayai sekolah kelima adiknya.
Keyakinan keluarga akan ketidakterlibatan Misri dalam kasus pembunuhan ini sangat kuat. Neni berpendapat bahwa Misri adalah sosok yang rentan dan mendapat sorotan berlebih, padahal dua tersangka lainnya adalah anggota polisi dan bahkan atasan korban.
“Kami minta janganlah dia digituin, dia orangnya baik. Kami mau keadilan kayak manapun dia nggak ada jahat. Semut pun gak mau dia sakitin apalagi orang, begitu lah sifatnya,” ungkap Neni, menggambarkan betapa Misri adalah pribadi yang lembut dan tidak mungkin menyakiti orang lain.
Selain dikenal sebagai pekerja keras, Misri juga memiliki segudang prestasi di bidang modelling. Sejak usia TK hingga SMA, ia aktif menggeluti dunia ini dan mendapat dukungan penuh dari keluarga.
Berbagai prestasi modelling, khususnya di tingkat lokal, pernah ia ukir, seperti Duta Inklusi Keuangan, Gadis Photogenic, serta partisipasinya dalam pemilihan Bujang Gadis Kota Jambi dan berbagai kegiatan modelling swasta lainnya.
Neni menuturkan, uang hasil dari kegiatan modelling ini juga digunakan Misri untuk membantu keuangan keluarga, termasuk biaya pengobatan ayahnya sebelum meninggal dunia.
“Dulu saat bapaknya sakit, dia yang mengurus dan membiayainya. Dia tulang punggung keluarga,” kenangnya.
Kini, dengan terjeratnya Misri dalam kasus ini, keuangan keluarga pun ikut terganggu. Adiknya terpaksa menunda rencana kuliah karena terkendala biaya, dan adik bungsunya juga menunda masuk TK.
“Dia bilang, saat kembali ke (balik dari) Lombok, dia akan mengirimkan uang untuk biaya adiknya yang masuk kuliah, serta adiknya yang kecil mau masuk TK,” imbuh IM, ibu Misri, dengan nada sedih.
Kasus kematian Brigadir Nurhadi sendiri masih menyimpan banyak teka-teki, meskipun Polda NTB telah menetapkan Kompol Yogi, Ipda Haris, dan Misri sebagai tersangka.
Polisi menduga Brigadir Nurhadi tewas di kolam Villa Tekek akibat penganiayaan. Namun, hingga kini, penyidik belum menemukan siapa pelaku penganiayaan tersebut.
“Adanya dugaan penganiayaan yang mengakibatkan orang meninggal dunia. Di sana (villa Tekek) telah terjadi (dugaan penganiayaan terhadap) salah seorang personel Polda NTB (yang) ditemukan meninggal dunia di dalam kolam,” kata Dirreskrimum Polda NTB Kombespol Syarif Hidayat, Jumat 4 Juli 2025.
Hasil autopsi juga mengungkapkan adanya sejumlah luka pada tubuh Nurhadi, termasuk patah pada tulang lidah korban yang diduga akibat cekikan.
“(Dugaan pelaku penganiayaan mengakibatkan Brigadir Nurhadi tewas) masih kami dalami,” tambah Syarif. HUM/GIT