Sidoarjo – Warga Desa Waru mempertanyakan lahan pengganti TPU (tempat pemakaman umum) Desa Waru terdampak proyek frontage road (FR) yang sampai hari ini belum terealisasi. Padahal, proses pemindahan ratusan jenazah di TPU Desa Waru sudah selesai.
Kekhawatiran warga adalah aset desa berupa lahan makam seluas kurang lebih 400 meter persegi yang dipergunakan untuk proyek frontage road akan hilang. Sebab sampai saat ini belum ada lahan pengganti yang jelas.
Anwar, anggota LPMD Waru menyampaikan, Pemdes maupun warga Waru sangat mendukung proyek frontage road yang sangat bermanfaat bagi seluruh warga Sidoarjo, guna mengurangi kemacetan di Sidoarjo tersebut. Di sisi lain, pihaknya juga tak mau kehilangan aset desa yang sudah tercatat di pemerintahan.
“Kami tidak ingin kehilangan aset desa. Karena makam ini kan aset desa yang sudah tercatat di pemdes maupun pemkab,” ujar Anwar, Jumat (02/06/2023).
Lanjut Lukman, pihaknya dari dulu sudah mengingatkan bahwa sebelum ada pemindahan makam, harus ada lahan pengganti terlebih dahulu. Supaya aset desa yang terdampak proyek frontage road ada penggantinya di tempat lain.
Dan hal tersebut juga dikuatkan dengan hasil Musdes Waru, tertanggal 11 Desember 2022 lalu, yang intinya lahan pengganti makam harus disediakan terlebih dahulu sebelum ada pembongkaran jenazah.
“Saat musdes tersebut dihadiri Kadis PUBMSDA dan Kadis PMPTSP, serta Pemdes, BPD dan tokoh masyarakat Waru. Disitu dijelaskan sebelum makam dipindahkan harus ada lahan pengganti dan ahli waris yang makamnya dipindah dapat uang ketakdziman,” ungkapnya.
Masih kata Lukman, beberapa waktu lalu musyawarah desa (musdes) digelar lagi untuk menentukan lahan pengganti makam. Pada akhirnya forum musdes tersebut menyepakati merekomendasikan tiga lahan pengganti makam yang terdampak frontage road.
“Ada lahan Varia Usaha, ada sawah di sebelah barat dan ketiga ada lahan di Desa Kureksari. Namun sampai saat ini, pengajuan tersebut masih belum ada jawaban,” terangnya.
Warga berharap lahan pengganti makam segera terealisasi, lantaran kesepakatan dalam musdes pada Desember tahun lalu itu tidak dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait.
“Sudah lebih dari 300 jenazah sudah dipindahkan ke makam sebelah yang tidak terdampak. Akibat dari kondisi makam yang dari awal sudah padat, ditambah lagi jenazah yang baru dipindah akhirnya terjadi tumpang tindih,” pungkasnya. (BOY/BAD)