JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Musibah tragis menimpa Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Kamis lalu.
Kapal yang mengangkut 65 orang dan 22 kendaraan itu tenggelam, mengakibatkan enam orang tewas, 29 penumpang masih hilang, dan 30 lainnya berhasil selamat. Operasi pencarian korban pun terus diperluas hingga saat ini.
Lalu, apa yang sebenarnya menyebabkan kapal feri nahas ini karam? Dua dugaan kuat muncul ke permukaan karena kebocoran di ruang mesin dan faktor cuaca ekstrem.
Menurut laporan awal dari operator penyeberangan kapal, KMP Tunu Pratama Jaya diduga tenggelam karena kebocoran di ruang mesin.
Kapal yang berangkat dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk, Bali, ini dilaporkan mengalami insiden serius tersebut.
“Dilaporkan dari area Dermaga LCM Gilimanuk, KMP Tunu Pratama Jaya mengalami kebocoran di ruang mesin dan terbalik,” demikian keterangan operator, pada Sabtu 5 Juli 2025.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa kru kapal sempat meminta bantuan pada pukul 00.16 WITA, sebelum kemudian mengalami black out atau pemadaman total sekitar pukul 00.19 WITA. Pada saat itu, posisi kapal sudah terbalik dan hanyut terbawa arus ke arah selatan.
Selain kebocoran mesin, faktor cuaca juga diduga kuat menjadi penyebab tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya. Kasi Keselamatan Berlayar Penjagaan dan Patroli (KBPP), Ni Putu Cahyani Negara, menyebutkan bahwa kondisi ombak di Selat Bali pada hari kejadian cukup tinggi.
“Informasi dari BMKG hari ini ombak sekitar 1,7 meter hingga 2,5 meter,” kata Cahyani. Ketinggian gelombang seperti ini tentu dapat menjadi ancaman serius bagi keselamatan pelayaran, terutama jika dikombinasikan dengan masalah teknis pada kapal.
Hingga kini, tim SAR gabungan masih terus melakukan upaya pencarian terhadap 29 korban yang hilang. HUM/GIT