JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Artis sinetron Jonathan Frizzy alias Ijonk dinyatakan negatif dari semua jenis narkoba berdasarkan hasil tes urine yang dilakukan oleh Satresnarkoba Polresta Bandara Soekarno-Hatta.
Meski begitu, Ijonk tetap berstatus tersangka dalam kasus peredaran vape mengandung obat keras jenis etomidate, yang dikategorikan sebagai zat berbahaya dan diatur dalam UU Kesehatan.
“Negatif (semua jenis narkoba), iya,” ujar Kasat Resnarkoba AKP Michael Tandayu kepada wartawan pada Rabu, 7 Mei 2025.
Michael menyebut tes urine dilakukan baik sebelum maupun sesudah Jonathan Frizzy ditetapkan sebagai tersangka. Berdasarkan hasil penyidikan sementara, Ijonk diduga telah enam kali mendistribusikan vape yang mengandung zat etomidate sejak 2024, dengan jalur pengiriman dari Thailand dan Malaysia.
Meski telah menyandang status tersangka, Jonathan Frizzy tidak ditahan. Polisi mempertimbangkan kondisi kesehatannya pasca operasi. Ia dikenai wajib lapor sambil menjalani pemulihan.
“Yang bersangkutan tidak ditahan dan dikenakan wajib lapor, sambil memberikan kesempatan untuk pemulihan dan kontrol dokter,” jelas Michael.
Pemeriksaan terhadap Ijonk dilakukan pada Senin 5 Mei 2025 sejak siang hingga pukul 20.00 WIB. Selama pemeriksaan, Jonathan Frizzy dinilai bersikap kooperatif sebagai saksi maupun tersangka.
Polisi juga mengungkap peran aktif Jonathan Frizzy dalam kasus ini. Ia disebut sebagai pembuat grup WhatsApp bernama “Berangkat” yang digunakan untuk mengatur distribusi vape etomidate dari Malaysia ke Jakarta. Grup tersebut beranggotakan tersangka lain yakni BTR, EDS, dan ER.
“Yang membuat grup WhatsApp ‘Berangkat’ ini JF,” kata Kombespol Ronald.
Di dalam grup tersebut, Ijonk disebut memberikan informasi terkait penginapan, tiket keberangkatan, serta koordinasi proses pengiriman. Ia juga berperan sebagai pengawas dalam proses masuknya vape etomidate ke Indonesia, termasuk komunikasi untuk mengurus barang yang sempat tertahan di Bea Cukai.
Atas perbuatannya, Jonathan Frizzy dijerat dengan Pasal 435 subsider Pasal 436 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan jo Pasal 55 KUHP, dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara. HUM/GIT