JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Badan Pengawas Mahkamah Agung (Bawas MA) telah membentuk tim pemeriksa untuk menelaah laporan dugaan pelanggaran etik dan pedoman perilaku hakim yang mengadili Gregorius Ronald Tannur dalam kasus kematian Dini Sera Afrianti. Hakim tersebut segera diperiksa Bawas MA.
“Terkait dengan pengaduan terhadap majelis hakim pemeriksa perkara atas nama Terdakwa Ronald Tannur yang baru saja masuk, Bawas telah selesai melakukan penelaahan dan langsung membentuk tim pemeriksa,” ujar Kepala Bawas MA Sugiyanto, Jumat, 2 Agustus 2024, seperti dilansir detikcom.
Sugiyanto mengatakan saat ini tim pemeriksa sudah mulai bekerja. Dia memastikan hakim yang menjatuhkan vonis bebas terhadap Ronald Tannur segera diperiksa.
“Saat ini tim pemeriksa sudah mulai bekerja mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk keperluan pemeriksaan para terlapor. Selanjutnya, dalam waktu dekat tim akan segera meluncur ke Surabaya untuk melakukan pendalaman dan pemeriksaan kepada pihak-pihak terkait dan para terlapor, untuk memastikan apakah benar ada pelanggaran KEPPH dalam penjatuhan putusan perkara tersebut atau tidak,” katanya.
Diketahui, pengacara keluarga Dini Sera Afrianti melaporkan hakim Pengadilan Negeri Surabaya yang memvonis bebas Gregorius Ronald Tannur ke Badan Pengawas Mahkamah Agung (Bawas MA). Pelaporan itu dilakukan karena majelis hakim dinilai melanggar kode etik.
Pengacara keluarga Dini Sera Afrianti, Dimas Yemahura, mengatakan pelaporan hakim PN Surabaya ke Bawas MA juga sebagai tindak lanjut atas laporan yang dibuat ke Komisi Yudisial (KY) pada hari Senin lalu.
“Agenda kami hari ini adalah melaporkan tiga majelis hakim yang ada di Pengadilan Negeri Surabaya yang mengadili perkara kami, perkara almarhum Dini Sera Afrianti,” kata Dimas di Bawas MA, Jakarta Pusat, Rabu, 31 Juli 2024.
Amar Putusan Ronald Tannur
Gregorius Ronald Tannur divonis bebas oleh hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Ia dibebaskan dari segala dakwaan dan segera dibebaskan dari tahanan meski telah menganiaya kekasihnya, Dini Sera Afrianti hingga tewas.
Dalam amar putusannya, Ketua Majelis Hakim PN Surabaya Erintuah Damanik mengatakan Ronald dinilai tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Ahmad Muzakki. Baik dalam Pasal 338 KUHP atau Pasal 351 ayat (3) KUHP maupun Pasal 359 KUHP dan Pasal 351 ayat (1) KUHP.
“Terdakwa Gregorius Ronald Tannur anak dari Ronald Tannur tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam dakwaan pertama, kedua, dan ketiga,” kata Erintuah saat membacakan amar putusannya di Ruang Cakra PN Surabaya, Rabu, 24 Juli 2024.
“Membebaskan terdakwa dari seluruh dakwaan, memerintahkan terdakwa dibebaskan dari tahanan setelah putusan ini diucapkan, memberikan hak-hak terdakwa tentang hak dan martabatnya,” imbuhnya. HUM/GIT