JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Kenaikan kasus COVID-19 dengan varian JN.1 terus mengguncang Indonesia. Pada Minggu, 1 Januari 2024, Kementerian Kesehatan RI mencatat 149 kasus COVID-19 varian JN.1 di Indonesia, dengan kemungkinan jumlah sebenarnya lebih tinggi daripada yang tercatat.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan bahwa pergerakan sublineage dari Omicron BA.2.86 sangat cepat, mendominasi 40 persen sampel pasien COVID-19 dalam sepekan.
Meskipun penyebarannya cepat, gejala COVID-19 dari varian ini dikatakan tidak jauh berbeda dengan varian Corona sebelumnya. Jumlah pasien rawat inap COVID-19 akibat JN.1 di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan pada gelombang sebelumnya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebutkan bahwa varian JN.1 memiliki kemampuan tinggi untuk menyebar. Namun, terkait gejala, setiap varian COVID dapat menimbulkan gejala yang berbeda.
Menambah kompleksitas, sulit untuk mengetahui perubahan kecil pada gejala pasien COVID-19 dengan infeksi varian yang berbeda. Hal ini disebabkan variasi tingkat antibodi masyarakat, yang dapat berasal dari vaksinasi, infeksi alamiah, atau keduanya.
“Saat ini belum diketahui apakah infeksi JN.1 menimbulkan gejala yang berbeda dari varian lainnya. Jenis gejala dan tingkat keparahan biasanya lebih tergantung pada kekebalan dan kesehatan seseorang secara keseluruhan daripada varian yang menyebabkan infeksi,” jelas CDC.
Hingga saat ini, gejala COVID-19 akibat infeksi varian JN.1 diyakini mirip dengan penyakit lain yang sering muncul selama musim dingin seperti flu, pilek, atau infeksi saluran pernapasan. Gejala tersebut meliputi:
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Demam
- Perubahan atau hilangnya rasa atau bau
- Hidung mampet dan pilek
- Kelelahan
- ‘Brain fog’
- Sesak napas
- Gejala gastrointestinal (sakit perut, diare ringan). CAK/RAZ