JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri telah mengambil 27 sampel gelondongan kayu yang terbawa arus banjir bandang di Garoga, Batang Toru, Tapanuli Selatan.
Pengambilan sampel dilakukan untuk mendalami asal-usul kayu dan menentukan apakah tumbangnya kayu akibat bencana atau campur tangan manusia.
Brigjenpol Mohammad Irhamni, Dirtipidter Bareskrim Polri, menyebut pihaknya telah mendirikan posko tak jauh dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Garoga dan memeriksa dua jembatan di kawasan tersebut.
“Di sekitar TKP (DAS Garoga) ini 27 sampel kayu telah diambil, police line terpasang,” kata Irhamni, Senin 8 Desember 2025.
Irhamni menjelaskan pihaknya menggandeng ahli untuk mengidentifikasi jenis dan spesifikasi gelondongan kayu. Hasil identifikasi menunjukkan kayu dominan karet, ketapang, durian, dan lainnya.
Selain itu, beberapa kayu menunjukkan tanda campur tangan manusia, seperti bekas gergaji dan alat berat.
“Identifikasi kayu menunjukkan beberapa kategori: kayu hasil gergajian, kayu yang dicabut bersama akar (alat berat), kayu hasil longsor, dan kayu hasil pengangkutan loader,” jelas Irhamni. Inventarisasi kayu di pesisir laut juga akan dilakukan untuk mendalami penyebab tumbangnya kayu.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) Hanif Faisol Nurofiq mengatakan Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, hampir hilang akibat banjir dan longsor. Curah hujan pada 24-25 November mencapai 450 milimeter, menyebabkan aliran kayu dan lumpur menimbun desa.
Hanif juga menyoroti adanya satu perusahaan perkebunan sawit seluas sekitar 200 hektare di hulu Sungai Garoga yang memperparah aliran permukaan saat hujan tinggi. Analisis lebih lanjut dari ahli diperlukan untuk memetakan kontribusi bencana dan kegiatan manusia. HUM/GIT

