JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung) menetapkan tiga tersangka dalam kasus korupsi penyalahgunaan dana kredit bank milik negara yang melibatkan Komisaris Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Setiawan Lukminto.
Dua di antaranya adalah mantan pejabat bank pelat merah yaitu Zainuddin Mappa, eks Direktur Utama Bank DKI, dan Dicky Syahbandinata, eks Pimpinan Divisi Komersial dan Korporasi Bank BJB.
Kasus bermula dari temuan jaksa terhadap anomali dalam laporan keuangan Sritex tahun 2021. Perusahaan tekstil raksasa ini melaporkan kerugian sebesar Rp 15,65 triliun, berbanding terbalik dengan kinerja tahun sebelumnya yang mencatatkan keuntungan Rp 1,24 triliun.
Kondisi keuangan memburuk membuat Iwan Setiawan mengajukan pinjaman ke puluhan bank, termasuk Bank DKI dan Bank BJB. Namun, pada Oktober 2024, Sritex gagal membayar pinjaman dan tercatat memiliki tunggakan sebesar Rp 3,5 triliun.
Dalam konferensi pers pada Rabu, 21 Mei 2025, Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung, Abdul Qohar, mengungkapkan bahwa kedua pejabat bank tersebut memberikan kredit secara melawan hukum kepada Sritex. Di mana Bank DKI memberikan pinjaman senilai Rp 149 miliar, dan Bank BJB mengucurkan kredit sebesar Rp 543 miliar.
Zainuddin dan Dicky disebut tidak melakukan analisa kredit yang memadai dan melanggar standar operasional perbankan, termasuk pemberian kredit tanpa jaminan kepada perusahaan berperingkat BB-, yang secara risiko tidak layak mendapat pinjaman tanpa agunan.
“Perbuatan keduanya bertentangan dengan prinsip kehati-hatian perbankan dan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,” ujar Qohar.
Akibat kelalaian dan penyimpangan prosedur, negara mengalami kerugian sebesar Rp 692 miliar. Kejagung menahan ketiga tersangka dan menjerat mereka dengan UU Tipikor Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999, yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001, jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. HUM/GIT