ACEH, Memoindonesia.co.id – Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem menyampaikan kekhawatirannya terhadap warga terdampak banjir yang berisiko meninggal karena kelaparan di wilayah terisolir setelah bencana melanda beberapa daerah di Aceh, Sabtu 6 Desember 2025.
Mualem mengatakan kondisi pengungsi sangat mengkhawatirkan karena banyak warga yang berisiko meninggal akibat kelaparan.
“Kondisi pengungsi sangat membimbangkan, mereka mati bukan karena banjir, tapi mati karena kelaparan, itu saja,” ujar Mualem kepada wartawan.
Ia menyebut Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, dan sebagian Bireuen sebagai daerah terparah terdampak banjir.
Ia menjelaskan saat ini kebutuhan mendesak berupa pasokan sembako dan air bersih.
“Masyarakat sangat membutuhkan sembako terutama di pedalaman belum terjamah,” ujarnya.
Penyaluran bantuan ke daerah pedalaman sangat sulit karena tidak ada akses darat. Logistik harus dipasok menggunakan perahu karet.
Mualem meminta seluruh pihak termasuk kepala desa agar proaktif dalam penyaluran bantuan. Ia menyebut banyak fasilitas umum yang rusak akibat banjir.
Ia mengatakan sudah mengunjungi sejumlah daerah terdampak banjir di wilayah timur dan tengah. Ia membandingkan bencana pekan lalu dengan tsunami yang terjadi 21 tahun silam.
“Saya pribadi melihat banjir dan longsor ini adalah tsunami kedua,” ujarnya.
Ia menyampaikan banyak kampung dan kecamatan yang hilang akibat banjir parah.
“Banyak kampung dan kecamatan yang tinggal nama sekarang. Jadi mereka sudah banyak korban,” kata Mualem kepada wartawan.
Mualem mengaku sangat sedih melihat empat daerah terparah.
“Weuh hate dan juga dengan rasa waswas kalau kita lihat beberapa kabupaten urgen sekali, parah sekali, lebih banyak korban jiwa,” ujarnya.
“Terutama sekali di empat kabupaten, itu Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, dan sebagian Bireuen, itu yang paling kita sesali lah. Tapi apa boleh buat, itu bencana alam. Setiap bencana ada hikmahnya,” lanjutnya.
Ia menyebut di sejumlah daerah banyak rumah warga hancur hingga hilang tersapu banjir. Ia mengatakan kondisi di Aceh Tamiang sangat parah.
“Aceh Tamiang hancur habis, atas sampai bawah sampai jalan sampai ke laut habis semuanya. Yang paling terpuruk adalah Aceh Tamiang,” ujarnya. HUM/GIT

