JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Pelaku atau anak berkonflik dengan hukum kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta memakai sejumlah siasat dalam merakit bom yang menyebabkan 96 korban saat khotbah salat Jumat dan bahan peledak diduga dibeli online pada Jumat 7 November 2025.
Polisi menjelaskan susunan peledak yang digunakan pelaku berdasarkan olah tempat kejadian perkara. Bahan utama peledakan adalah potassium chloride.
Dansat Brimob Polda Metro Jaya Kombespol Henik Maryanto menyampaikan temuan tersebut saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya Jakarta.
“Kemudian bahan peledak atau explosive yang kamu temukan, dengan menggunakan alat rigaku yang kami punya, itu terdeteksi potassium chloride, yang digunakan terduga,” kata Henik.
Dari olah TKP ditemukan serpihan plastik dan paku. Plastik digunakan untuk membungkus struktur peledak dan paku digunakan sebagai serpihan yang menimbulkan kerusakan.
“Paku itu ada paku baja, dan paku seng, yang ada payungnya, seperti itu, yang ada berserak di dalam masjid,” ujarnya.
Empat baterai ditemukan sebagai sumber tenaga peledakan bersama alat pemicu ledakan. Namun, remote yang digunakan untuk mengendalikan peledakan tidak ditemukan di masjid.
“Bahwa power yang digunakan oleh terduga itu menggunakan empat buah baterai A4, kemudian inisiatornya adalah electric mass, kemudian explosive-nya mengandung potassium chloride, kemudian switching-nya menggunakan receiver yang dikendalikan dengan remote, namun remote tidak kami temukan dalam masjid,” ucap Henik.
“Kemudian casing-nya itu jeriken plastik 1 liter, dan kemudian shrapnel-nya paku,” lanjutnya.
Polisi mengungkap bahan-bahan tersebut diduga dibeli secara online.
“Iya seperti itu, karena kan orang tuanya yang menerima paket,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto.
Pelaku mengaku paket tersebut berisi kebutuhan ekstrakurikuler sehingga keluarga tidak menaruh curiga.
“Terus kalau barang-barang paket yang diterima itu, itu kan untuk ekstrakurikuler sekolah,” ujar Budi.
Pelaku juga mengaku kepada orang tuanya bahwa laptop miliknya rusak. Namun, pelaku ternyata menggunakan laptop tersebut untuk berselancar di dark web.
“Terus termasuk dia menggunakan web, kan kalau menurut si ABH ke orang tuanya, bahwa laptopnya itu rusak,” kata Budi.
Laptop tersebut telah disita oleh penyidik dan akan diperiksa melalui digital forensik. Keluarga pelaku kaget atas keterlibatan pelaku dalam insiden ledakan.
“Ya sama, ya karakternya memang sifatnya seperti itu, pendiam,” kata Budi.
Budi mengatakan kondisi pelaku mulai pulih setelah ikut terluka dalam ledakan. Namun, pemeriksaan belum dapat dilakukan karena rekomendasi dokter menyatakan pelaku belum siap.
“Jadi si ABH ini, baru kemarin lepas selang makan,” ujarnya.
“Tapi yang paling utama, penyidik itu berkoordinasi dengan dokter psikisnya, sudah layak belum dia diminta keterangan,” lanjut Budi. HUM/GIT

