SIDOARJO, Memoindonesia.co.id – Setelah menjalani perawatan intensif selama 20 hari di RSUD R. Notopuro Sidoarjo, Syehlendra Haical atau Haikal (13), korban ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny Sidoarjo, akhirnya diperbolehkan pulang.
Kamis 16 Oktober 2025, Haikal kembali ke kediamannya di Dusun Krajan, Desa Sepuhgembol, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo.
Kepulangan Haikal disambut penuh haru oleh keluarga. Meski kondisinya telah membaik, Haikal masih harus menjalani proses pemulihan menyeluruh, baik fisik maupun mental, pascaamputasi kaki kanan akibat infeksi serius yang dialaminya setelah insiden ambruknya musala tersebut.
Abdul Hawi (40), ayah Haikal, menyampaikan bahwa keluarga kini fokus pada pemulihan total Haikal sebelum memikirkan rencana pendidikan ke depan.
“Hari ini Haikal pulang ke rumah. Sekarang kami fokus dulu ke kesembuhan lukanya. Setelah benar-benar sembuh, baru nanti kami ikuti kemauan Haikal, apakah mau sekolah lagi atau istirahat dulu,” ujar Abdul kepada wartawan di RSUD R. Notopuro Sidoarjo.
Abdul mengungkapkan, Haikal masih mengalami trauma mendalam pascainsiden. Karena itu, keluarga memilih tidak memaksakan keputusan apa pun dalam waktu dekat.
“Kami nurut sama Haikal saja. Dia masih trauma. Kalau memang ingin istirahat dulu ya tidak apa-apa. Yang penting pulihkan mental dan fisiknya dulu,” katanya.
Ia juga menceritakan bahwa kondisi Haikal sempat memburuk saat awal perawatan. Infeksi pada kaki kanan dengan cepat menyebar hingga hampir membahayakan organ vital.
“Awalnya infeksi itu di kaki, tapi pas hari Jumat sudah menjalar ke atas sampai ke ginjal. Kalau tidak cepat diambil tindakan, bisa lebih parah lagi, bahkan ke paru-paru,” tuturnya.
Kini, setelah menjalani amputasi dan perawatan intensif, kondisi Haikal menunjukkan perkembangan positif. Luka di kakinya mengering, dan proses penyembuhan berjalan baik. Namun, pemulihan mental diperkirakan membutuhkan waktu lebih lama.
Mengenai kemungkinan Haikal kembali ke Pondok Pesantren Al-Khoziny, Abdul belum mengambil keputusan pasti. Ia menyebut Haikal masih memiliki keinginan untuk kembali, namun keluarga akan menunggu kesiapan mental sang anak.
“Haikal masih kepengen balik ke Al-Khoziny, tapi kami lihat nanti. Kami tunggu dulu proses traumanya, istirahat dulu mungkin, baru kita putuskan,” tutup Abdul.
Diketahui, ambruknya musala di Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo menyebabkan 63 santri meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Haikal menjadi salah satu pasien yang dirawat paling lama, yakni selama 20 hari, termasuk tiga hari di ruang ICU. HUM/GIT