JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Runtuhnya bangunan musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, yang menewaskan tiga santri, mendapat sorotan serius dari anggota DPR. Komisi VIII mendesak adanya investigasi mendalam serta penegakan sanksi tegas bagi pihak yang terbukti lalai.
Anggota Komisi VIII DPR, Maman Imanulhaq, menilai peristiwa tersebut menunjukkan adanya masalah serius pada aspek perencanaan maupun pengawasan konstruksi.
“Jika tiang fondasi tidak mampu menahan beban, artinya ada masalah serius pada tahap perancangan maupun pengawasan. Siapapun yang lalai, baik kontraktor, pengawas, maupun pihak lain yang bertanggung jawab, harus diperiksa dan diberi sanksi sesuai aturan hukum,” tegas Maman, Rabu 1 Oktober 2025.
Maman juga meminta transparansi penuh agar publik mengetahui fakta sebenarnya. “Infrastruktur yang aman dan layak menjadi syarat mutlak bagi keberlangsungan pesantren, jangan hanya fokus pada aspek akademik atau dakwah,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Anggota Komisi VIII DPR dari PDI-P, Selly Andriany Gantina, yang menekankan pentingnya keselamatan santri sebagai prioritas utama. Menurutnya, kasus ini memperlihatkan lemahnya pengawasan kelayakan bangunan pesantren.
“Kejadian ini mengundang sorotan serius terhadap kelayakan struktur bangunan pesantren dan regulasi pengawasannya. Runtuhnya bangunan saat pengecoran lantai atas menunjukkan aspek teknik dan keamanan konstruksi harus diuji ulang,” jelas Selly.
Selly menegaskan, permintaan maaf tidak cukup jika terbukti ada kelalaian. Ia menuntut adanya transparansi serta sanksi administratif.
“Komisi VIII akan mendorong agar Kementerian Agama, Kementerian PUPR, BNPB, dan pemerintah daerah segera dipanggil untuk menjelaskan bangunan tersebut, serta melakukan evaluasi struktural dan investigasi independen,” tambahnya.
Sementara itu, Bupati Sidoarjo Subandi menyebut bangunan Ponpes Al Khoziny diduga tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). “Ini saya tanyakan izin-izinnya mana, ternyata tidak ada. Ngecor lantai tiga dengan konstruksi tidak standar, akhirnya roboh,” katanya.
Peristiwa tragis itu terjadi pada Senin 29 September 2025 sore dan menewaskan tiga santri. Hingga Selasa 30 September 2025 malam, tim SAR masih berupaya mengevakuasi sejumlah santri yang terjebak di bawah reruntuhan. HUM/GIT