CIREBON, Memoindonesia.co.id – Tragedi longsor maut di tambang batu alam Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, kini memasuki babak baru. Polresta Cirebon menetapkan dua tersangka, yakni pemilik Koperasi Pesantren Al-Azariyah dan kepala teknik tambang, atas dugaan kelalaian yang menyebabkan korban jiwa dalam insiden tersebut.
Kapolresta Cirebon, Kombespol Sumarni, menyebutkan bahwa meskipun lokasi tambang dilengkapi dokumen resmi, pelaksanaan aktivitas penambangan dinilai tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan metode teknik penambangan yang benar.
“Dari hasil koordinasi dengan para ahli, ditemukan bahwa SOP dan metode penambangan yang diterapkan sangat keliru,” ungkap Sumarni pada Minggu, 1 Juni 2025.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap delapan orang saksi, terungkap bahwa pengelola tambang mengabaikan aspek keselamatan kerja, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan kerja yang berakibat fatal. Hal ini menjadi dasar penetapan dua pihak sebagai tersangka utama.
“Sudah kami tetapkan dua tersangka, yaitu pemilik koperasi dan kepala teknik tambang yang bertanggung jawab langsung atas operasional lapangan,” tegasnya.
Kedua tersangka dijerat dengan sejumlah pasal pidana, yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Ketenagakerjaan, dan Pasal 359 KUHP, terkait kelalaian yang menyebabkan kematian.
“Kami pastikan ditemukan unsur pidana. Proses hukum kami lanjutkan dengan pemeriksaan intensif dan gelar perkara telah dilakukan,” tutup Sumarni. HUM/GIT