SIDOARJO, Memoindonesia.co.id – Ketegangan sempat terjadi antara keluarga korban, petugas, dan pihak pondok pesantren dalam proses evakuasi korban runtuhnya bangunan Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jumat 3 Oktober 2025. Sejumlah keluarga memaksa ingin terlibat langsung dalam proses pencarian.
Puluhan keluarga korban awalnya berkumpul di posko gabungan. Mereka menyampaikan keinginan untuk ikut membantu proses evakuasi agar lebih cepat. Tidak lama kemudian, mereka bergeser ke area dekat ponpes.
“Kita bersama. Gak ada kepentingan (hanya ingin membantu evakuasi),” ucap salah satu keluarga korban.
Saat tiba di lokasi ponpes, keluarga diimbau pihak kepolisian agar tidak memaksa masuk ke area reruntuhan demi keselamatan. Namun, perdebatan antara keluarga dan petugas berlangsung sekitar 20 menit.
Petugas kemudian memberikan penjelasan terkait risiko keamanan bila keluarga menerobos masuk ke area bangunan runtuh. Akhirnya, dua orang keluarga korban diperbolehkan masuk untuk melihat proses evakuasi, namun tetap diminta keluar setelahnya.
Kasubdit Pengerahan dan Pengendalian Operasi Basarnas, Emi Freezer, menegaskan bahwa evakuasi harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
“Cepat memang menjadi prioritas, tetapi kalau cepat tidak aman, hal itu juga harus menjadi pertimbangan,” jelas Emi.
Hingga saat ini, data sementara menunjukkan sudah ada 113 korban berhasil dievakuasi, dengan 10 di antaranya dinyatakan meninggal dunia. HUM/GIT