JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Mantan Ketua Pengadilan Negeri (PN) Surabaya dan Jakarta Pusat, Rudi Suparmono, resmi didakwa menerima suap senilai lebih dari Rp 21,9 miliar selama menjabat sebagai hakim tinggi.
Jaksa Penuntut Umum menyebut uang tersebut ditemukan di rumah Rudi dalam bentuk mata uang rupiah, dolar AS (USD), dan dolar Singapura (SGD).
“Total uang yang diterima terdakwa sebesar Rp 1.721.569.000, USD 383.000, dan SGD 1.099.581, dan harus dianggap sebagai suap yang berkaitan dengan jabatannya serta bertentangan dengan kewajibannya sebagai penyelenggara negara,” ujar jaksa saat membacakan surat dakwaan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin, 19 Mei 2025.
Tak hanya itu, Rudi Suparmono juga didakwa menerima tambahan suap sebesar SGD 43.000 dari pengacara Lisa Rachmat, selaku penasihat hukum Gregorius Ronald Tannur. Suap itu diberikan agar Rudi menunjuk majelis hakim yang diinginkan Lisa untuk menangani perkara kliennya, yang berujung pada vonis bebas.
Adapun majelis hakim yang ditunjuk terdiri dari Erintuah Damanik, Mangapul, dan Heru Hanindyo, sesuai permintaan Lisa Rachmat.
Atas perbuatannya, Rudi didakwa melanggar pasal 12 huruf a atau huruf b, pasal 5 ayat (2), pasal 11, dan pasal 12B juncto pasal 18 dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.
Kasus ini menambah panjang daftar dugaan korupsi di tubuh lembaga peradilan Indonesia yang menyeret hakim senior di posisi strategis. HUM/GIT