SURABAYA, Memoindonesia.co.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah dilaksanakan di dua kecamatan di Kota Surabaya mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Sebanyak 6.159 siswa TK, SD, SMP, SMA, dan SMK di Kecamatan Rungkut dan Wonocolo sudah menikmati manfaat dari program ini.
Ketua Komisi D DPRD Surabaya, dr. Akmarawita Kadir, menyambut positif pelaksanaan MBG. Namun, ia mengingatkan agar tidak muncul masalah baru ketika program ini dijalankan lebih luas.
“Alhamdulillah, kita memberi apresiasi atas kerja sama antara Pemkot Surabaya dan Badan Gizi Nasional (BGN) dalam pelaksanaan MBG di Surabaya. Saya melihat antusiasme luar biasa dari siswa yang menyambut program ini. Program ini sangat baik dan harus dijaga dengan baik,” ujar dr. Akma, yang juga Ketua DPD Ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) Surabaya, pada Senin, 13 Januari 2025.
Lebih lanjut, dr. Akma menyampaikan bahwa selain mendapatkan asupan gizi, siswa juga merasa senang karena bisa makan bersama teman-teman mereka di kelas. Program ini dapat dilihat dari berbagai sisi, mulai dari hulu, proses, hingga hilir, serta dampak yang perlu dihindari.
“Saat ini saya hanya melihat dari sisi hilir, yaitu pembagian makanan yang sudah sampai ke sekolah dan dibagikan kepada siswa. Kemudian makanan dimakan bersama, dan sisa makanan dikembalikan ke BGN. Dari sisi hilir, saya melihat pembagian makanan sudah teratur. Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan waktu antara jam pelajaran dan waktu makan,” tambah Sekretaris DPD Partai Golkar Surabaya ini.
Untuk menjaga mutu dan kualitas program, dr. Akma mendorong Pemkot Surabaya dan BGN untuk terus bekerja sama dengan baik dalam proses yang terjadi di hulu.
“Misalnya, apakah bahan-bahan makanan yang digunakan sudah sesuai sasaran dan diperoleh dari petani atau nelayan lokal? Apakah proses pembuatannya sudah memenuhi standar kesehatan? Siapa yang memasak, dan apakah mereka memiliki sertifikat kesehatan? Apakah UMKM sudah dilibatkan dalam proses ini? Aspek hulu dan prosesnya perlu dipastikan sesuai dengan program yang diinginkan oleh Presiden,” ungkap politisi yang berlatar belakang dokter ini.
Di sisi lain, dr. Akma berharap program MBG tidak menimbulkan masalah baru, terutama yang berkaitan dengan keberadaan kantin sekolah yang selama ini menyediakan jajanan bagi siswa.
“Jangan sampai program ini yang bertujuan mengatasi kemiskinan justru menimbulkan masalah baru, salah satunya di kantin sekolah. Jika masalah ini tidak segera diatasi, dapat berdampak buruk. Kita harus memastikan bahwa masalah ini tidak terjadi,” tegas dr. Akma.
Sejak diberlakukannya MBG, sudah mulai terlihat dampak program ini. Beberapa kantin di sekolah mengeluhkan penurunan omzet penjualan akibat adanya program ini.
Untuk diketahui, pelaksanaan MBG di Surabaya pada hari pertama melibatkan 11 sekolah di dua kecamatan, yaitu Wonocolo dan Rungkut, dengan jumlah siswa penerima MBG sebanyak 6.159 siswa.
Rinciannya, di Kecamatan Wonocolo ada sekitar 3.151 siswa yang tersebar di KB-TM Yasporbi, SD Taquma, SMPN 13, SMAN 10, SMK PGRI 1, sedangkan di Kecamatan Rungkut terdapat 3.008 siswa di TK Tunas Pertiwi, SDN Penjaringan 1, SDN Penjaringan 2, MTs 3, dan MAN Surabaya. HUM/CAK