BANDAR LAMPUNG, Memoindonesia.co.id – Universitas Lampung (Unila) belum menjatuhkan sanksi terhadap delapan orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus kekerasan kegiatan pendidikan dasar (diksar) Mahasiswa Ekonomi Pencinta Alam (Mahapel) yang menewaskan mahasiswa Pratama Wijaya Kesuma.
Keputusan pemberian sanksi akan menunggu hingga proses hukum terhadap para tersangka berkekuatan hukum tetap.
Penasihat Hukum Universitas Lampung, Sukarmin, menjelaskan bahwa pihaknya masih menunggu perkembangan penyidikan yang dilakukan kepolisian sebelum mengambil langkah tegas.
“Tentunya hasil konferensi pers hari ini akan kami sampaikan kepada pimpinan. Karena sampai hari ini sifat sanksinya masih sementara,” ujar Sukarmin, Sabtu 25 Oktober 2025.
Ia menegaskan bahwa sanksi permanen baru bisa dijatuhkan setelah pengadilan memutus perkara tersebut secara inkracht.
“Nah, nanti kalau memang ini sudah inkracht, sudah berkekuatan hukum tetap, tergantung kesalahan yang terjadi pada para tersangka, kami akan memberikan sanksi permanen sesuai dengan peraturan kementerian maupun peraturan Rektor Unila,” sambungnya.
Selain menunggu proses hukum, Unila juga berencana melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan organisasi kemahasiswaan (Ormawa) di lingkungan kampus. Menurut Sukarmin, hal ini dilakukan untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa mendatang.
“Regulasi yang ada di Unila terkait Ormawa akan kita tinjau ulang dan kita perketat kembali. Jangan sampai ada kegiatan-kegiatan Ormawa seperti yang sudah-sudah,” jelasnya.
Lebih lanjut, Unila menyiapkan langkah pencegahan melalui layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa, tenaga pendidik, serta civitas akademika lainnya.
“Kita menyiapkan pelayanan psikologis, hukum, dan pencegahan penyalahgunaan narkoba (P4GN). Jadi tidak hanya penanggulangan, tapi juga pencegahan supaya kejadian seperti ini tidak terulang,” tutup Sukarmin. HUM/GIT

