BOGOR, Memoindonesia.co.id – Sebuah unggahan di media sosial menyoroti tindakan oknum fotografer di kawasan Sistem Satu Arah (SSA) Kebun Raya Bogor yang mengirimkan foto para pelari melalui aplikasi WhatsApp.
Pesan yang dikirim kerap diawali dengan sapaan “Misi paket kak”, sehingga menimbulkan keluhan dari sebagian warga yang tengah berolahraga.
Dalam unggahan yang beredar, sejumlah pelari mengaku menerima foto dari fotografer tanpa diminta. Bahkan, ada warga yang disebutkan menghabiskan hingga Rp300 ribu per minggu setelah menerima kiriman foto tersebut. Disebutkan pula bahwa fotografer biasanya mengirim foto kepada pelari yang sudah dikenal.
Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menegaskan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan mengenai adanya pemaksaan membeli foto. Menurutnya, keberadaan fotografer di SSA Kebun Raya Bogor masih dalam batas wajar.
“Sejauh ini para juru foto di seputaran SSA Kota Bogor masih dalam batas toleransi. Belum ada laporan pemaksaan membeli foto kepada masyarakat yang sedang berolahraga,” ujar Dedie, Selasa 18 November 2025.
Meski begitu, Dedie mengimbau para pelari untuk dapat memberi kode kepada fotografer apabila tidak ingin aktivitas mereka dipotret. Cara ini dinilai dapat mencegah potensi gesekan di lapangan.
“Fenomena memotret pelari memang sedang viral dan dianggap mengganggu privasi di ruang publik, maka semua harus sama-sama belajar agar tidak terjadi pelanggaran,” ucapnya.
Ia juga meminta para fotografer untuk menghargai privasi masyarakat. Menurutnya, diperlukan kesepahaman agar ruang publik tetap nyaman.
“Paling mudah seperti memberi kode kepada fotografer bahwa Anda tidak ingin aktivitasnya diabadikan. Atau ada kesepakatan tidak tertulis yang intinya sama-sama menghargai satu sama lain,” tutur Dedie. HUM/GIT

