SURABAYA, Memoindonesia.co.id – Peringatan Hari Santri Nasional 2025 di Kota Surabaya dimaknai sebagai ajakan muhasabah, menyusul tragedi runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, yang merenggut 63 nyawa santri pada 29 Agustus lalu.
Hal ini disampaikan Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Surabaya, Ir KH Masduki Toha, saat membuka rangkaian acara Hajatan Nusantara di Balai Pemuda Surabaya, Jumat malam, 17 Oktober 2025.
“Kita belum selesai berduka atas gugurnya 63 syuhada Al-Khoziny. Luka itu belum sembuh, tapi cobaan datang bertubi-tubi—perundungan, fitnah, bahkan pelecehan terhadap kiai, guru, dan pesantren kita,” ujarnya dengan nada prihatin.
KH Masduki mengajak seluruh santri dan elemen pesantren menjadikan rangkaian ujian ini sebagai bahan introspeksi diri.
“Musibah ini bukan sekadar duka. Ini peringatan agar kita bermuhasabah. Mengoreksi diri. Menata kembali akhlak, tata kelola, dan persatuan kita ke depan,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan agar para santri berhati-hati terhadap upaya provokasi yang bisa mencederai nilai-nilai perjuangan dan akhlak pesantren.
“Banyak yang ingin menunggangi. Maka saya tekankan, siapa yang bergerak harus tahu asal-usulnya, niatnya. Santri sejati menyuarakan pendapat dengan doa, salawat, dan akhlak, bukan caci maki,” ucapnya.
KH Masduki optimistis santri mampu menjaga marwah pesantren sekaligus aktif dalam demokrasi. Ia berharap Hari Santri kali ini tak sekadar seremoni, tapi menjadi pengingat peran besar santri dalam membangun dan menjaga Republik Indonesia. HUM/BAD