KEDIRI, Memoindonesia.co.id — Kantor Imigrasi Kediri mengambil langkah tegas dengan mendeportasi seorang Warga Negara Asing (WN) Jepang, MO, yang kedapatan menyalahgunakan Visa on Arrival (VoA) untuk mengikuti kursus bahasa di Kampung Bahasa, Pare.
MO terjaring dalam razia pengawasan keimigrasian yang digelar pada 15–16 Juli 2025. Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa visa yang digunakan tidak sesuai dengan kegiatan yang dijalankan. Pihak lembaga kursus pun mengakui adanya kekeliruan administratif.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Kantor Imigrasi Kediri menjatuhkan Tindakan Administratif Keimigrasian (TAK) berupa pendeportasian tanpa penangkalan, yang memungkinkan MO untuk kembali ke Indonesia di kemudian hari menggunakan visa dan izin tinggal yang sesuai peruntukan.
Proses deportasi berjalan lancar sesuai SOP, dengan pengawalan petugas dari Kantor Imigrasi Kediri. MO dipulangkan ke negaranya melalui Bandara Internasional Juanda, menggunakan maskapai China Southern Airlines (CZ8138) rute Surabaya–Guangzhou–Osaka.
“Langkah ini sebagai tindak lanjut Operasi Pengawasan Keimigrasian Wirawaspada 2025. Penegakan hukum keimigrasian adalah bentuk perlindungan kedaulatan negara sekaligus pembinaan. Kami ingin Kampung Bahasa tetap legal, nyaman, dan terbuka untuk siapa pun yang taat aturan,” tegas Antonius Frizky Saniscara Putra, Kepala Kantor Imigrasi Kediri.
Imigrasi Langsung Sosialisasikan Aturan Visa dan Izin Tinggal di Kampung Bahasa Pare

Menindaklanjuti hal itu, di hari yang sama, Kantor Imigrasi Kediri menggelar Sosialisasi Visa dan Izin Tinggal Keimigrasian serta layanan Eazy Passport di Global English, Kampung Bahasa Pare. Kegiatan ini ditujukan kepada pengelola lembaga kursus dan penyedia tempat tinggal seperti hotel, kost, camp, dan homestay.
Hadir dalam kegiatan ini, Kepala Desa Tulungrejo Mat Nur Ikhsan, Perwakilan Desa Pelem Agus (Kasi Kesejahteraan Masyarakat), Ketua Forum Kampung Bahasa (FKB) Ahmad Farih, serta para pelaku usaha dan pendidikan di wilayah Kampung Bahasa
Dalam sambutannya, Frizky mengajak seluruh elemen untuk berkomitmen:
“Kami harap ke depan, tak ada lagi kesalahan serupa. Mari jadikan Kampung Bahasa sebagai kawasan pendidikan berstandar internasional yang legal dan aman bagi WNA,” papar alumni Akademi Imigrasi (AIM) angkatan ke-9 ini menjelaskan.
Dua materi utama disampaikan dalam sosialisasi ini:
1. “Visa dan Izin Tinggal dalam Kaitannya dengan Kegiatan Kursus” oleh Mas Djoko A. Wibowo, Kepala Seksi Dokumen Perjalanan dan Izin Tinggal Keimigrasian. Ia menjelaskan visa C1, C9, dan E30 sebagai jenis visa yang tepat untuk kegiatan belajar-mengajar, serta pentingnya penjamin bagi setiap WNA.
2. “Pengawasan dan Penegakan Hukum Keimigrasian” oleh Andriawan, Kepala Seksi Intelijen dan Penindakan Keimigrasian. Materi mencakup pentingnya kejujuran dalam pengajuan visa, sanksi atas pelanggaran, serta kewajiban penggunaan aplikasi APOA (Aplikasi Pelaporan Orang Asing) bagi pengelola tempat tinggal.
“Dengan kegiatan ini, kami ingin Kampung Bahasa Pare semakin dikenal dunia sebagai tempat belajar yang tertib, nyaman, dan profesional,” pungkas Frizky saat diwawancara media. HUM/CAK