JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) menyindir KPK yang ‘buka puasa’ setelah 8 bulan tak kunjung menggelar operasi tangkap tangan (OTT). MAKI menganggap OTT dilakukan supaya KPK terlihat sibuk menjelang berakhirnya masa jabatan.
“Saya melihatnya supaya dianggap kerja saja,” kata Koordinator MAKI Boyamin Saiman kepada wartawan, Senin 7 Oktober 2024.
Boyamin lantas menyinggung hasil survei kepercayaan publik terhadap KPK yang berada di urutan buncit hingga KPK yang selalu blunder dalam menyikapi isu dugaan gratifikasi jet pribadi Ketum PSI Kaesang Pangarep.
Menurutnya, OTT adalah cara untuk mengobati kinerja buruk KPK.
“Jadi mau nggak mau biar dianggap kerja KPK OTT. Tadinya Pak Alex menganggap ini hanya hiburan dan tak ingin OTT, akhirnya OTT lagi,” ujarnya.
Boyamin memandang semestinya OTT bisa dilakukan setiap saat. Dia lantas mengibaratkan OTT bagai berburu di dalam kebun binatang.
“Karena apa? Kalau OTT ini dilakukan sebenarnya setiap hari bisa. Karena istilahnya berburu di kebun binatang, pasti dapat lah,” ujarnya.
“Saya menilai semata-mata KPK mau berakhir masa jabatan, rankingnya jelek, kemudian blunder-blunder terus maka mau nggak mau harus ada ‘obat penawar rindu’. Maka melakukan OTT. Anggap saja OTT ini lumayan, gubernur. Jadi bukan bupati walkot lagi,” tambahnya.
Meski begitu, Boyamin tetap mendukung langkah KPK yang melakukan OTT di Kalsel. Boyamin menantang KPK mengungkap kasus besar atau big fish.
“Kalau sekadar kepala daerah sebagai bentuk dianggap kerja karena takut. Saya dorong KPK lebih menghajar ikan besar,” ucapnya.
“Sekarang sisa-sisa 2 bulan ini boleh lah, kalau mau nunjukin prestasi harus big fish. Ikan besar,” lanjutnya. HUM/GIT