JAKARTA, Memoindonesia.co.id – Keluarga korban Dini Sera Afrianti (29) berencana melaporkan majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya ke Komisi Yudisial (KY) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Langkah ini diambil setelah vonis bebas yang dijatuhkan kepada Gregorius Ronald Tannur.
Majelis hakim PN Surabaya yang memutuskan vonis bebas terdiri dari hakim ketua Erintuah Damanik dan dua hakim anggota, Mangapul dan Heru Hanindyo. Pihak keluarga Dini meminta KPK untuk menginvestigasi pengawasan terhadap ketiga hakim tersebut.
“Kami juga akan melaporkan tiga majelis hakim tersebut ke KPK. Kami juga ingin pihak KPK melakukan investigasi pengawasan terhadap tiga hakim tersebut,” kata penasihat hukum keluarga Dini, Dimas Yemahura Al Farauq, Kamis, 25 Juli 2024, seperti dilansir detikcom.
“Apabila terbukti ada indikasi dan penyalahgunaan hukum kami minta KPK menindak secara tegas terhadap mereka,” imbuhnya.
Gregorius Ronald Tannur divonis bebas oleh hakim PN Surabaya. Ia dibebaskan dari segala dakwaan meski telah menganiaya kekasihnya, Dini Sera Afrianti, hingga tewas.
Dalam amar putusannya, ketua majelis hakim PN Surabaya Erintuah Damanik menyatakan bahwa Ronald tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Ahmad Muzakki, baik dalam pasal 338 KUHP, Pasal 351 ayat (3) KUHP, maupun Pasal 359 KUHP dan Pasal 351 ayat (1) KUHP.
“Terdakwa Gregorius Ronald Tannur anak dari Ronald Tannur tersebut di atas tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam dakwaan pertama, kedua, dan ketiga,” kata Erintuah saat membacakan amar putusannya di Ruang Cakra PN Surabaya, Rabu, 24 Juli 2024.
“Membebaskan terdakwa dari seluruh dakwaan, memerintahkan terdakwa dibebaskan dari tahanan setelah putusan ini diucapkan, memberikan hak-hak terdakwa tentang hak dan martabatnya,” imbuhnya. HUM/GIT